Senin, 18 Maret 2013

Pemeriksaan Diagnostik Sistem Perkemihan


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA SISTEM PERKEMIHAN
A. Urinalisis
Urialisis dapat meberikan informasi klinik yang penting. Urinalisis merupakan pemeriksaan rutin pad sebagian besar kondisi klinis, pemeriksaan urin menangkup evluasi hal-hal berikut:
1. Observasi warna dan kejernihan urin.
2. Pengkajian bau urin
3. Pengukuran keasaman dan berat jenis urin.
4. Tes untuk memeriksa keberadaan protein, glukosa, dan badan keton dalam urin (masing-masing untuk proteinuria, glukosuria, da ketonoria)
5. Pemeriksaan mikroskopik sedimen urin sesudah melakukan pemusingan (centrifuging) untuk mendeteksi sel darah erah (hematuria), sel darah putih, slinder (silindruria), Kristal (kristaluria), pus (piuria) dan bakteri (bakteriuria).

 Cara Pengumpulan Sampel Urin
Ø
Pengumpulan sampel urin dilakukan sewaktu bangun tidur pagi, karena specimen ini lebih pekat dan lebih besar kemungkinannya untuk mengungkapkan abnormalitas. Spesimen tersebut dikumpulkan dalam wadah yang bersih dan dilindungi terhadap kontaminasi bakteri serta perubahan kimiawai. Semua specimen harus diseimpan dalam lemari pendingin. Karena jika dibiarkan dalam suhu kamar urin akan menjadi alkalis akibat kontaminasi bakteri pemecah ureum dari lingkungan sekitarnya.

B. Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Tes fungsi ginjal dilakukan untuk mengevaluasi beratnya penyakit ginjal dan mengikuti perjlanan klinik. Pemeriksaan ini juga memberikan informasi tentang efektifitas ginjal dalam melaksanakan fungsi ekskresinya. Fungsi ginjal dapat dikaji secara lebih akurat jika dilakukan dibeberapa pemeriksaan dan kemudian asilnya dianalisis bersama. Pemeriksaan fungsi ginjal yang umum dilakukan adalah kemampuan pemekatan ginjal klirens kreatinin, kadar kreatinin serum dan nitrogen urea darah (BUN).

C. Ultrasound
Ultrasound atau pemeriksaaan USG menggunakan gelombang suara yang dipancarakan ke dalam tubuh untuk mendeteksi abnormalitas. Organ-organ dalam system urinarius akan menghasilkan gambar-gambar ultrasound yang khas. Abnormalitas seperti akumulasi cairan, massa, malformasi, perubahan ukuran organ ataupun obstruksi dapat diidentifikasi. Pemeriksaan USG merupakan teknik noninvasif dan tidak memerlukan persiapan khusus kecuali menjelaskan prosedur serta tujuannya kapada pasien. Karena sensitivitasnya, pemeriksaan USG telah menggantikan banyak prosedur diagnosis lainnya sebagai tindakan diagnostic pendahuluan.

D. Pemeriksaan Sinar-X dan Pencitraan lainnya
Dalam pemeriksaan ini dibagi ke dalam beberapa macam, yaitu :
1. Kidney, Ureter and Bladder (KUB)
Pemeriksaan radiologi abdomen yang dikenal dengan istilah KUB dapat dilaksanakan untuk melihat ukuran, bentuk serta posisi ginjal dan mengidentifikasi semua kelainan seperti batu dalam ginjal atau traktus urinarius, hidronefrosis (distensi pelvis ginjal), kista, tumor atau pergeseran ginjal akibat abnormalitas pada jaringan disekitarnya.

2. Pemindai CT dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan pemindai CT dan MRI merupakan teknik noninvasive yang akan memberikan gambar penampang ginjal serta saluran kemih yang sangat jelas. Kedua pemeriksaan ini akan memberikan informasi tentang luasnya lesi invasive pada ginjal.

3. Urografi Intravena (Ekskretori Urogram atau intravenous pyelogram)
Pemeriksaan urografi intravena yang juga dikenal dengan nama intravenous pyelogaram(IVP) memungkinkan visualisasi ginjal ureter dan kandung kemih. Media kontras radiopaque disuntikan secara intravena dan kemudian dibersihkan dari dalam darah serta dipekatkan oleh ginjal. Tebal nefrotomogram dapat dilaksanakan sebagai bagian dari pemeriksaan untuk melihat berbagai lapisan ginjal serta struktur difus dalam setiap lapisan dan untuk membedakan massa atau lesi yang padat dari kista didalam ginjal atau trakrus urinarius. Pemeriksaaan IVP dilaksanakan sebagai bagian dari penkajian pendahuluan terhadap semua masalah urologi yang dicurigai, khususnya dalam menegakan diagnose lesi pada ginjal dan ureter. Pemeriksaan ini juga memberikan perkiraan kasar terhadap fungsi ginjal. Sesudah media kontras (sodium diatrisoat atau meglumin diatrisoat) disuntikan secara intravena, pembuatan foto rontgen yang multiple dan seril yang dilakukan untuk melihat struktur drainase.

4. Pielografi retrograd. Dalam pielografi retrograd, kateter uretra dimasukan lewat ureter ke dalam pelvis ginjal dengan bantuan sistoskopi. Kemudian media kontras dimasukkan dengan gravitasi atau penyuntikan melalui kateter. Pielografi retrograd biasanya dilakukan jika pemeriksaan IVP kurang memperlihatkan dengan jelas system pengumpul. Pemeriksaan pielografi retrograd jarang dilakukan dengan semakin majunya teknik-teknik yang digunakan dalam urografi ekskretorik.

5. Infusion drip pyelography merupakan pemberian lewat infuse larutan encer media kontras dengan volume yang besar untuk menghasilkan opasitas parenkim ginjal dan mengisi seluruh traktus urinarius. Metode ini berguna bila teknik urografi yang biasa dikerrjakan tidak berhasil memperlihatkan struktur drainase.

6. Sistogram, sebuah kateter dimasukkan kedalam kandung kemih, dan kemudian media kontras disemprotkan untuk mellihat garis besar dinding kandung kemih serta membantu dalam mengevaluasi refluks vesikouretral. Sistogram juga dilakukan bersama dengan perekaman tekanan yang dikerjakan secara bersamaan di dalam kandunng kemih.

7. Sistouretrogram menghasilkan visualilsasi uretra dan kandung kemih yang bisa dilakukan melalui penyuntikan retrograde media kontras ke dalam uretra serta kandunng kemih atau dengan pemeriksaan sinar X sementara pasien mengekskresikan media kontras.


8. Angiografi renal. Prosedur ini memungkinkan visualisasi arteri renalis. Arteri femoralis atau aksilaris ditusuk dengan jarum khusus dan kemudian sebuah kateter disisipkan melalui arteri femoralis serta iliaka ke dalam aorta atau arteri renalis. Media kontras disuntikkan untuk menghasilkan opasitas suplai arteri renalis. Angiografi memungkinkan evaluasi dinammika aliran darah, memperlihatkan vaskulatur yang abnormal dan membantu membedakan kista renal dengan tumor renal.

E. Endourologi (prosedur endoskopi urologi)
1. Pemeriksaan sistoskopi
merupakan metode untuk melihat lanngsung uretra dan kandung kemih. Alat sistokop, yang dimasukan melalui uretra ke dalam kandung kemih, memiliki system lensa optis yang sudah ada pada alat itu sendiri sehingga akan meemberikan gambar kandung kemih yang diperbesar dan terang. Sistoskop tersebut dapat dimanipulasi untuk memungkinkan visualisasi uretra dan kandung kemih secara lengkap selain visualisasi orifisium uretra dan uretra pars prostatika. Kateter uretra yang halus dapat dimasukan melalui sistoskop sehingga ureterdan pelvis ginjal dapat dikaji. Sistoskop juga memungkinkanahli urologi untuk mendapatkan spesimen urin dari setiap ginjal guna mengevaluasi fungsi ginjal tersebut. Alat forceps dapat dimasukkan melalui sistoskop untuk keperluan biopsi. Batu dapat dikeluarkan dari uretra, kandung kemih dan ureter melalui sistoskop. Alat endoskop dimasukkan dengan melihatnya secara langsung. Uretra dan kandunng kemih diinspeksi. Larutan irigasi steril disemprotkan untuk menimbulkan distensi kandung kemih dan membilas keluar semua bekuan darah sehinngga visualisasi menjadi lebih baik. Penggunaan cahaya denngan intensitas tinggi dan lensa yang bisa ditukar-tukar memungkinkan visualisasi yang sangat baik serta memudahkan pembuatan gambar-gambar yang diam dan yang bergerak dari struktur ini. Sebelum melaksanakan prosedur pemeriksaan dapat diberikan preparat sedativ. Anestesi topical local disemprotkan kedalam uretra sebelum ahli urologi memasukkan alat sistoskop. Pemberian diazepam (valium) intravena bersama dengan preparat anestesi topical uretra dapat diberikan. Sebagai alternative lain dapat dilakukan anestesi spinal atau umum.
Setelah menjalani pemeriksaan sistoskopik, kadang-kadang penderita kelainan patologik obstruktif mengalami retensi urin sebagai akibat dari edema yang disebabkan oleh instrumentasi. Penderita hyperplasia prostat harus dipantau dengan cermat akan adanya kemungkinan retensi urin. Pasien yang menjalani instrumentasi traktus urinarus (yaitu, sistoskopi) perlu dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda dan gejala infeksi urinarius. Edema uretra yang terjadi sekunder akibat trauma local dapat menyumbat aliran urin, oleh karena itu pemantauan akan adanya tanda-tanda dan gejala obstruksi pada pasien juga perlu dilakukan.

2. Brush biopsy ginjal dan uretra
Teknik brush biopsy akan menghasilkan informasi yang spesifik apabila hasil pemeriksaan radiologi ureter atau pelvis ginjal yang abnormal tidak dapat menunjukan apakah kelainan tersebut merupakan tumor, batu, bekuan darah atau hanya artefak. Pertama-tama dilakukan pemeriksaan sistoskopik. Kemudian dipasang kateter uretra yang di ikuti oleh tindakan memasukkan alat sikat khusus (biopsy brush) melalui kateter tersebut. Kelainan yang dicurigai disikat maju mundur secara teratur untuk mendapatkan sel-sel dan fragmen jaringan permukaan untuk pemeriksaan analisis histology. Setelah prosedur pemeriksaan selesai dilakukan, pemberian cairan infus dapat dilakukan untuk membersihkan ginjal dan mencegah pembentukan bekuan darah. Urin dapat mengandung darah (yang biasanya menjadi jernih dalam waktu 24-48 jam) akibat perembesan pada tempat penyikatan.


3. Endoskopi renal (nefroskopi)
Merupakan pemeriksaan dengan cara memasukkan fiberskop kedalam pelvis ginjal melalui luka insisi (pielotomi) atau secara perkkutan untuk melihat bagian dalam pelvis ginjal, mengelluarkan batu, melakukan biopsi lesi yang kecil dan membantu menegakan diagnose hematuria serta tumor renal tertentu.

4. Biopsi ginjal
Bopsi ginjal dilakukan dengan menusukan jarum biopsi melalui kulit kedalam jaringan renal atau dengan melakukan biopsi terbuka melalui luka insisi yang kecil didaerah pinggang. Pemeriksaan ini berguna untuk mengevaluasi perjalanan penyakit ginjal dan mendapatkan specimen bagi pemeriksaan mikroskopik electron serta imunofluoresen, khususnya bagi penyakit glomerulus.Sebelum biopsi dilakukan, pemeriksan koagulasi perlu dilakukan lebih dahulu untuk mengidentifikasi setiap resiko terjadinya perdarahan pascabiopsi.
Prosedur, pasien dipuasakan selama 6 hingga 8 jam sebelum pemeriksaan. Set infuse dipasang. Spesimen urin dikumpulkan dan disimpan untuk dibandingkan dengan specimen pascabiopsi. Jika akan dilakukan biopsi jarum pasien diberitahukan agar menahan nafas ketika jarum biopsi ditusukan. Pasien yang sudah dalam keadaan sedasi di tempatkan dalam posisi berbaring telungkup dengan bantal pasir diletakan dibawah perut. Kulit pada lokasi biopsy diinfiltrasi denngan preparat anestesi local. Lokasi jarum dapat dipastikan melalui fluuoroskopi atau ultrasound dengan menggunakan teknik khusus. Pada biopsi terbuka dilakukan insisi yang kecil didaerah ginjal dapat dilihat secara langsung.


5. Pemeriksaan radio isotop
Merupakan tindakan noninvasive yang tidak mengganggu prosesfisiologik normal dan tidak memerlukan persiapan pasien yang khusus. Preparat radiofarmaseutikal disuntikan intravena. Pemeriksaan dilakukan dengan kamera skintilasi yang ditempatkan disebelah posterior ginjal sementara pasien berada dalam posisi telentang,telungkup atau duduk. Gambar yang dihasilkan (yang disebut pemindai) menunjukan distribusi preparat radiofarmaseutikal didalam ginjal.
Pemeriksaan pemindai Tc menghasilkan informasi tentang perfusi ginjal dan sangat berguna untuk menunjukan fungsi ginjal yang buruk. Pemeriksaan pemindai hippurate memberikan informasi tentang fungsi ginjal.

6. Pengukuran urodinamik
Pengukuran urodinamik menghasilkan berbagai pemeriksaan fisiologik dan structural untuk mengevaluasi fungsi kandung kemih serta uretra dengan mengukur :
a. Kecepatan aliran urin
b. Tekanan kandung kemih pada saat buang air kecil dan saat istirahat
c. Resitensi uretra internal
d. Kontras serta relaksasi kandung kemih
Tekanan abdominal , kandung kemih serta detrusor, aktivitas sfingter, inervasi kandung kemih, tonus otot dan reflex sacrum dikaji. Berikut ini merupakan pengukuran urodinamik yang paling sering dilakukan :
e. Uroflometri (kecepatan aliran) merupakan rekaman volume urin yang mengalir melalui ureter per satuan waktu (ml/s)
f. Sistometrogram merupakan rekaman grafik tekanan dalam kadung kemih (intra vesikal) pada berbagai fase pengisian dan pengosongan kandung kemih untukmengkaji fungsinya. Selama prosedur pemeriksaan dilakukan, jumlah cairan yang dimasukan dan dikeluarkandari kandung kemih disamping rasa penuh pada kandung kemih dan keinginan untuk buang air kecil harus dicatat. Kemudian semua hasil ini dibandingkandengan tekanan yang diukur dalam kandung kemih selama pengisian kandung kemih dan berkemih. Pertama-tama pasien diminta untuk berkemih, dan dokter mengamati lamanya waktu yang diperlukan untuk memulai, ukuran, kekuatan serta kontinuitas aliran urin, dan derajat mengajan serta adanya hesitancy. Kateterretensi dimasukan melalui uretra kedalam kandung kemih. Volume sisa diukur dan kateter tersebut dibiarkan pada tempatnya. Kateter uretral dihubungkan dengan manometer air, dan larutan steril dibiarkan mengalir kedalam kandung kemih dengan kecepatan biasanya 1 ml/s. pasien memberitahukan dokter pada saat terasa ingin buang air kecil, dan pada saat kandung kemih terasa penuh. Derajat pengisian kandung kemih pada kedua situasi ini dicatat. Tekanan diatas tingkat nol pada simfisis pubis diukur, dan tekanan serta volume dalam kandung kemih diukur serta dicatat.
g. Profil tekanan uretra mengukur resitensi uretra disepanjang uretra. Gas dan cairan dimasukkan melalui sebuah kateter yang ditarik keluar sambil mengukur tekanan disepanjang dinding uretra.
h. Sistouretrogram memungkinkan visualisasi uretra dan kandung kemih yang dapat dilakukandengn penyntikan retrograd atau dengan mengeliminasi media kontras.
i. Pada voiding cystourethogram, kandung kemih diisi dengan media kontras dan pasien berkemih sementara foto-foto spot dibuang dpengn cepat. Ada tidaknnya refluks vesikouretral atau kelainan congenital pada traktus urinarius inferior dapat diperlihatkan. Voidingcystourethrogram juga digunakan untuk menyelidiki kesulitan dalam pengosongan kandung empedu dan inkontinensia.
j. Elektromiografi meliputi penempatan elektroda dalam otot dasar panggul dan fingter ani untuk mengevaluasi fungsi neuromuskuler traktus urinarius inferior.


KEPUSTAKAAN

_____Scanlon,Valerie C dan Sanders Tina.,2006.,BUKU AJAR ANATOMI & FISIOLOGI.,Jakarta :EGC.

_____Smeltzer,Suzanne C dan Bare Brenda G.,2001.,BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.,Jakarta : EGC.

Fisiologi Sistem Perkemihan


Fisiologi Sistem Perkemihan


Fisiologi  struktur mikroskopik ginjal
A.    nefron
nefron adalah unit fungsional ginjal setiap ginjal terdpt 1 juta nefronsetiap nefron terdiri dari kapsula bowman yg mengitari rumbai glomerolus, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, tubulus kontortus distal, duktus pengumpulseorang masih bisa bertahan hidup walau dengan susah payah dengan jumlah nefron kurang dari 20 000 atau 1% dari nefron total
B.      Korpuskulus ginjal

korpuskulus ginjal terdiri dari dari kapsula bowman dan rumbai kapiler glomerolus
kapsula bowman dilapisi oleh sel-sel yaitu:sel epitel parietal (bagian terluar dari kapsular) ,sel epitel visceral (bagian dalam kapsula dan juga melapisi bagian luar dari rumbai kapiler)membrana basalis ( lapisan tengah dinding kapiler)                  sel-sel endotel (bagian terdalam dari rumbai kapiler). Sel-sel endotel, membran basalis dan sel-sel epitel visceral merupakan tiga lapisan yg membentuk membrana filtrasi glomerolus.
C.                Aparatus jukstaglomerolus
Sel jukstaglomerolus dinding arteriol aferen mengeluarkan renin, aparatus jukstaglomerolus pengatur pengeluaran renin. Renin adalah enzim yg penting pd pengaturan tekanan darah
ada dua teori penting mengenai pengaturan
pengeluaran renin :
sel-sel jukstaglomerolus sebagai baroreseptor ( sensor tekanan)
sel makula densa tubulus distal bertindak sebagai kemoreseptor

D. Sistem renin angiotensin

skema sistem renin angiotensin
renin + angiotensinogen angiotensinogen i angiotensinogen ii vasokonstriksi. Sekresi aldosteron a. Aferen retensi na dan h2o peningkatan volume plasma

peningkatan tekanan darah

fungsi utama ginjal
fungsi ekskresi :
mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 m osmol dengan mengubah2 ekskresi air
mempertahankan kadar masing2 elektrolit plasma dgn rentang normalmempertahankan ph plasma sekitar 7,4 dgn mengeluarkan kelebihan h+ dan membentuk hco3-mengekresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein, terutama urea, asam urat dan kreatinin

fungsi non ekskresi
menghasilkan renin yang penting untuk pengaturan tekanan darah menghasilkan eritropoetin yng merupakan faktor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang metabolisme vitamin d menjadi bentuk aktifnya

fungsi primer dikontrol oleh filtrasi glomerolus, reabsorbsi dan sekresi tubulus:
ultrafiltrasi glomerolus aliran darah ke ginjal (renal blood flow) 25 % dari curah jantung 1200 ml/mnt. Bila hematokrit normal 45% maka aliran plasma ke ginjal (renal plasma flow) 0,55 x 1200 = 660 ml /menit dan 540 sel darah. Sekitar seperlima dari plasma atau 125 ml/mnt dialirkan melalui glomerolus ke kapsula bowman ini dinamakan laju filtrasi glomerolus (gfr), proses filtrasi glomerolus dinamakan ultrafiltrasi glomerolus. Perhitungan menunjukkan 173 liter/hari cairan berhasil disaring melalui glomerolus

faktor-faktor yang mempengaruhi proses filtrasi perubahan aliran darah ginjal tekanan filtrasi perubahan tekanan hidrostatik kapiler glomerolus perubahan tekanan darah sistemikkonstriksi arteriola aferen-eferen perubahan tekanan darah obstruksi ureter
edema ginjal bagian dalam kapsul perubahan konsentrasi protein plasma/ tekanan onkotik/ koloid protein plasma dehidrasi hipoproteinemia 3. Luas permukaan filtrasi berkurang penyakit yang merusak glomerolus nephrectomy partial 4. Permeabilitas membran filtrasi berkurang berbagai penyakit ginjal

b. Proses reabsorbsi dan sekresi tubulus
Hasil filtrasi ginjal
dibagi dalam tiga kelas: elektrolit, non elektrolit, dan air. Jenis elektrolit yang paling penting adalah na+, k+, ca++, hco3-, mg++, cl-, hpo4-
sedangkan non elektrolit yg penting antara lain glukosa, as amino dan elektrolit dan metabolit yg merupakan produk akhir dari proses metebolisme protein spt urea, asam urat dan kreatinimreabsorbsi selektif zat yg sudah difiltrasi. Kebanyakan dari zat yg difiltrasi direabsorbsi melalui pori2 kecil yg tdpt dlm tubulus shg akhirnya zat tsb kembali ke dlm kapiler peritubula yg mengelilingi tubulusproses reabsorbsi dan sekresi berlangsung melalui mekanisme transpor aktif maupun pasifglukosa dan asam amino direabsorbsi seluruhnya di sepanjang tubulus proksimal dengan transpor aktifkalium dan asam urat hampir seluruhnya direabsorbsi secara aktif dan keduanya disekresi ke dalam tubulus distal2/3 dari natrium yg difiltrasi akan direabsorbsi secara aktif dalam tubulus proksimal dan berlanjut di lengkung henle, tubulus distal dan duktus pengumpul dan kurang dari 1% na yg difiltrasi diekskresikan dalam kemihsebagian besar ca dan fosfat direabsorbsi dlm tubulus proksimal dgn transpor aktif air, urea dan cl direabsorbsi dlm tubulus proksimal melalui transpor aktif ion hidrogen, asam organik seperti asam amino hipurat, penisilin, kreatinin semuanya secara aktif disekresi ke tubulus proksimal 90% hco3- direabsorbsi secara tak langsung dari tubulus proksimal melalui pertukaran na+ dan h+. H+ yg disekresi ke dalam lumen tubulus akan berikatan dengan hco3- yg terdpt dlm filtrat glomerolus shg terbentuk asam karbonat (hco3-). H2co3- akan berdisosiasi menjadi h2o dan co2 dan akan berdifusi ke lumen tubulus masuk ke dalam sel tubulus. Disini karonik anhidrase akan mengkatalisis reaksi co2 dan h2o menjadi h2co3 . Disosiasi h2co3 akan menjadi hco3- dan h+. H+ disekresi kembali dan hco3- akan masuk ke dalam darah peritubuler bersama na+

c. Pengaturan keseimbangan air

konsentrasi total solut cairan tubuh seorang normal adalah konstan meskipun fluktuasi asupan dan ekskresi air dan solut cukup besar mekanisme countercurrent ansa henle berfungsi sebagai countercurent multipliers dan vasa recta sebagai countercurent exchangers. Proses ini memegang peranan dalam pemekatan dan pengenceran urine.
Mekanisme adh dalam mengatur osmolalitas plasma osmolalitas yg ideal sekitar 285 mosmol. Adh dibentuk dalam nukleus supraoptik hipotalamus dan berjalan menuju hipofise posterior untuk disimpan dan untuk dilepaskan kemudian. Pengeluaran adh ditingkatkan oleh peningkatan osmolalitas plasma atau pengurangan volume plasma.
Sel-sel reseptor yg terdapat pd hipotalamus peka terhadap konsentrasi darah yg bersirkulasi, sedangkan sel-sel peka tekanan yg berada dalam atrium kiri juga peka terhadap volume darah.

Pengaturan cairan dan elektrolit diatur melalui:
1. Filtrasi :pergerakan ciran melalui membran biologik k/ perbedaan tekanan hidrostatik
2. Difusi : pergrakan bebas dari zat-zat melewati membran permeabel dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah



3. Transpor aktif: pergerakan zat melewati membrane sel dimana energi sel diperlukan

pengaturan asam – basa tubuh
keseimbangan asam basa pengaturan ion
keseimbangan asam basa diatur oleh:
sistem buffer asam basa
keseimbangan asam basa oleh paru-paru
keseimbangan asam basa oleh ginjal

ada 3 sistem buffer asam basa
sistem buffer bikarbonat
as kuat + lar buffer bikarbonat as. Bicnat lemah + garam
hcl + na hco3 h2co3 + nacl

b. Sistem buffer pospat
garam fosfat yg dibentuk dengan menukar ion na dengan ion h di dalam konversi basa natrium fosfat menjadi asam natirum fosfat
c. Sistem buffer protein

paling sering digunakan dan bekerja hampir sama dengan buffer bikarbonat
protein yg terdiri dari asam amino satu sama lain saling berhubungan dengan ikatan peptida dan asam amino tsb mempunyai ujung2 asam bebas berfungsi sebagai asam basa lemah

keseimbangan asam basa oleh paru-paru
me ph dengan me konsentrasi co2 hiperventilasi
me ph dengan me konsentrasi co2
hipoventilasi

keseimbangan asam basa oleh ginjal
menyerap kembali bikarbonat
na bergabung dengan hco3-nahco3 diserap kembali oleh plasma shg hco3- ditahan

b. Membentuk garam amonium
hasil metabolisme amonium ke tubulus bersatu dengan h+ u/ membentuk amonium bersatu dengan cl dikeluarkan
c. Membentuk garam fosfat
garam fosfat dibentuk dengan menukar ion na dengan ion h+ dalam konversi basa na fosfat menjadi asam na fosfat dikeluarkan

ureter
fungsinya menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kemih

kandung kemih
fungsinya :
tempat menampung urine sebelum dikeluarkan dari tubuh
memberikan batasan/mengatur pengeluaran urine

uretra
fungsinya mengeluarkan urine dari kandung kemih keluar tubuh

persyarafan
serabut saraf eferen sympatis (banyak)
serabut saraf aferen (sedikit)
persarafan kolinergik yg berasal dari n vagus
persarafan pre ganglionik dari segmen th bawah dan segmen lumbal atas med spinalis
badan sel posganglionik dalam rantai ganglion sympatis ganglion mesenterikum superior (sepanjang arteri renalis)
serabut sympatis tu mempersarafi arteriol aferen dan eferen
serabut saraf nonadrenergik berakhir dekat tubulus ginjal dan sel jukstaglomerolus
saraf sympatis berasal dari thorakal 12 s/d lumbal 2 melalui nern splanchnic dan pleksus celiac
inervasi saraf pd ureter berasal dari thorakal 11 s/d lumbal 1
inervasi saraf pd vesica urinaria berasal dari saraf simpatis saraf higastrika dan saraf parasimpatis saraf pelvicus dan saraf somatis saraf pudendus

proses berkemih

urine terbentuk dan telah mengisi kurang lebih 400 cc di dalam kandung kemih merangsang ujung saraf pd dinding bladder ( reseptor regang) impuls dikirim ke :
spinal cord (pusat reflek berkemih pada s2 –s4)
ke pengendali kencing di cortek cerebri
jika saat sesuai, otak mengirim impuls melalui spinal cordperangsangan s parasimpatismerangsang m destrusor & spincter uretra internal kontraksi m destrusor dan relaksasi spincter interna urine dikeluarkan o/bladder jika sadar m spincter eksternal relaksasi